Sabtu, 20 Desember 2008

Catatan Kecil Sejarah Jakarta





METROPOLITAN WELTEVREDEN

PADA tahun 1648, pemerintah kolonian Hindia Belanda memberikan tanah yang kini menjadi pusat kota Jakarta pada Anthonij Paviljoun. Dan kemudian, pada 1657, sebuah benteng kecil yang disebut Noordwijk didirikan di kawasan yang kini letaknya tidak jauh dari Jl. Pintu Air Raya dan pekarangan Masjid Istiqlal. Keberadaan benteng ini dimaksudkan untuk mengantisipasi sisa-sisa tentara Mataram dan patroli tentara Banten yang masih cukup banyak kala itu.

Pemilik tanah Paviljoen berikutnya adalah Cornelis Chastelein, seorang anggota Dewan Hindia (1693). Ia membeli banyak budak dari raja-raja Bali untuk membuka persawahan. Chastelein, termasuk orang pertama di Indonesia yang berusaha mengembangkan sebuah perkebunan kopi di tengah-tengah kota Jakarta saat ini. Rumah-rumah persitirahatan kecil, yang terletak di tanah yang kini dipakai oleh Rumahsakit Pusat Angkatan Darat, dinamainya Weltevreden (Benar-benar puas). Nama ini kemudian diberikan kepada hampir seluruh daerah Jakarta Pusat sekarang sampai masa Pendudukan Jepang (1942).

Pada 1733, Justinus Vinck membeli tanah luas Weltevreden dan membuka dua pasar besar, yakni Pasar Senen dan pasar Tanah Abang. Pada tahun 1735, ia menghubungkan kedua pasar tersebut dengan sebuah jalan, yang sekarang disebut Jl. Prapatan dan Jl. Kebon Sirih yang juga merupakan jalur penghubung timur-barat pertama di Jakarta Pusat kini.

Pemilik berikutnya, Gubernur Jenderal Jacob Mossel (1704-1761), membangun rumah mewah di tikungan Ciliwung. Mossel juga menggali Kali Lio untuk memudahkan sekoci kecil mengangkut kebutuhan pasar. Pada 1767, rumah Weltevreden dibeli Gubernur Jenderal van der Parra. Kala itu, sebuah kampung di sekitar pasar telah terbentuk. Namun, tanah itu kemudian dijual lagi pada gubernur jenderal VOC terakhir, van Overstraten. Sejak masa itu, Weltevreden menjadi kedudukan resmi gubernur jenderal dan pemerintahannya. Di samping itu, markas militer akan dibangun pula di kawasan ini. Inilah langkah penting dalam pengembangan kota Jakarta selanjutnya.


Daerah sekitar Istana Weltevreden (di sekeliling Pasar Senen dan Lapangan Banteng sekarang) pada awal abad ke-19 sudah menggantikan kota sebagai pusat militer dan pemerintahan. Karena itu, makin banyaklah orang meninggalkan kota yang mulai tidak sehat itu, akibat tertimbunnya kali dengan lumpur, pendangkalan karena pembuangan kotoran, sampah serta ampas tebu serta oleh pasir Gunung Salak setelah ledakannya pada 1699 serta oleh salah urus, misalnya akibat penggalian Mookervaart (kini Kali Pesing).

Tak lama setelah Overstraten memutuskan untuk membangun markas militer baru, dua belas batalion Prancis tiba dari Pulau Mauritius. Para tentara ini ditempatkan di daerah antara Jl. Dr. Wahidin dan Kali Lio. Sampai beberapa tahun yang lalu, daerah bekas Jl. Siliwangi I - V masih merupakan daerah perumahan personel militer. Dan, sejak abad ke-18 selalu terdapat tangsi-tangsi di sekitar Lapangan Banteng (kini tinggal markas Korps Komando (KKO) Marinir; Brimob dan RSPAD). Sejak saat inilah Lapangan Banteng disebut Paradeplaats, yakni lapangan untuk mengadakan parade.

Pada awal pemerintahan Daendels (1809), ia telah mulai membangun sebuah istana yang besar dan megah di lapangan banteng dan kini dipakai Departemen Keuangan. Daendels bermaksud menjadikan istana ini sebagai pusat ibukota barunya di Weltevreden. Istana dirancang oleh Kolonel J.C.Schultze. Adapun bahan bangunannya diambil dari benteng lama atau Kasteel Batavia yang mulai dirobohkan pada 1809. Namun, bangunan ini baru dapat diselesaikan pada 1826 dan 1828 oleh Insinyur Tromp atas perintah Pejabat Gubernur Jenderal Du Bus de Ghisignies. Di sebelah utara istana didirikan gedung Hoogeregtshof (Mahkamah Agung).

Pada awal pemerintahan Daendels (1809), ia telah mulai membangun sebuah istana yang besar dan megah di lapangan banteng dan kini dipakai Departemen Keuangan. Daendels bermaksud menjadikan istana ini sebagai pusat ibukota barunya di Weltevreden. Istana dirancang oleh Kolonel J.C.Schultze. Adapun bahan bangunannya diambil dari benteng lama atau Kasteel Batavia yang mulai dirobohkan pada 1809. Namun, bangunan ini baru dapat diselesaikan pada 1826 dan 1828 oleh Insinyur Tromp atas perintah Pejabat Gubernur Jenderal Du Bus de Ghisignies. Di sebelah utara istana didirikan gedung Hoogeregtshof (Mahkamah Agung).

Pada 1828 pula, di tengah lapangan banteng didirikan Monumen Pertempuran Waterloo (Belgia), tempat dimana Napoleon mendapatkan kekalahan secara definitif. Dan karena itu pula, lapangan di sekitarnya mendapat nama Waterlooplein (Lapangan Waterloo). Selama abad ke-19, lapangan Waterloo merupakan pusat kehidupan sosial. Orang-orang Batavia pada sore hari berkumpul dengan menunggang kuda atau kerata untuk saling bertemu.


Untuk latihan militernya, Daendels mengalokasikannya di lapangan Buffelsveld (lapangan kerbau) yang kini menjadi Lapangan Monumen Nasional. Kala itu, mereka menyebutnya sebagai Champs de Mars. Sesudah masa kuasa sementara Inggris, lapangan itu diberi nama baru lagi (1818), yakni Koningsplein (Lapangan Raja), karena gubernur jenderal mulai tinggal di Istana Merdeka (sekarang).

Tentang Istana Merdeka ini sebetulnya masih relatif lebih muda dibanding Istana Negara yang terletak di kawasan yang sama tetapi menghadap Jl. Veteran. Gedung Istana Negara dibangun untuk J.A. van Braam pada tahun 1796 sebagai rumah peristirahatan luar kota kala itu. Kala itu, kawasan ini merupakan lokasi paling bergengsi di Batavia Baru. Selain itu, di kawasan ini juga terdapat kediaman Pieter Tency (1794).

Gedung ini sempat menjadi Hotel der Nederlanden, pada masa Raffles gedung menjadi Raffles House, kemudian menjadi Hotel Dharma Nirmala, dan kini setelah dibongkar dibangun gedung Bina Graha.

Pada tahun 1820 rumah peristirahatan van Braam ini disewa dan kemudian dibeli (1821) oleh pemerintah kolonial untuk dijadikan tempat kediaman gubernur jenderal bila berurusan di Batavia. Sebab, kediaman resminya adalah Istana Bogor. Rumah van Braam atau Istana Rijswijk (namun resminya disebut Hotel van den Gouverneur-Generaal, untuk menghindari kata Istana), dipilih untuk kepala koloni, karena istana Daendels di Lapangan Banteng belum selesai. Dan, setelah diselesaikan pun gedung itu hanya dipergunakan untuk kantor-kantor pemerintah saja.

Pada abad ke-19 dan selama bagian pertama abad-20, gubernur jenderal kebanyakan tinggal di Istana Bogor yang lebih sejuk. Tetapi, kadang-kadang harus turun ke Batavia, khususnya untuk pertemuan Dewan Hindia, yang pada abad ke-19 dan ke-20 bersidang di Istana Negara setiap hari Rabu. Dan, baru pada abad ke-19, karena Istana Rijswijk dianggap mulai terasa sesak, dibangunlah istana baru pada kaveling yang sama, khususnya untuk berbagai upacara resmi yang dihadiri banyak orang. Istana tambahan ini menghadap ke Lapangan Merdeka.

Di depan istana baru ini dalam suatu upacara yang mengharukan pada tanggal 27 Desember 1949 bendera Belanda diturunkan dan Dwikora Indonesia dinaikkan ke langit biru. Pada hari itu, ratusan ribu orang memenuhi tanah lapangan dan tangga-tangga gedung ini dengan diam mematung. Mata mereka terpaku pada tiang bendera dan tanpa malu-malu meneteskan air mata. Tetapi, ketika Sang Merah-Putih menjulang ke atas dan berkibar, meledaklah kegembiraan mereka dan terdengar teriakan: Merdeka! Merdeka! Oleh karena itu diputuskanlah menamai gedung ini Istana Merdeka.

Pengakuan atas Kemerdekaan Indonesia ditandatangani di gedung ini pada tahun 1949 oleh Sultan Hamengkubuwono IX dan wakil Ratu Belanda A.H.J. Lovink. Dan, dengan demikian, berakhirlah Perang Kemerdekaan (1945-1949).

Sementara itu, di seberang Mahkamah Agung, di Jl. Budi Utomo pada 1848 dibangun tempat pertemuan yang kini dipakai Kimia Farma. Tempat pertemuan ini pada 1925 dipindah ke gedung baru yang kini dipakai Bappenas di Taman Suropati. Beberapa meter lebih jauh, di pojokan Jl. Gedung Kesenian dan Jl. Pos berdiri Gedung Kesenian Jakarta. Gedung ini didirikan pada 1821.

Gedung yang pada masa penjajahan Belanda disebut Stadtsschouwburg (teater kota) ini dikenal juga sebagai Gedung Komidi. Sejarah gedung yang berpenampilan mewah ini pernah digunakan untuk Kongres Pemoeda yang pertama (1926). Dan, di gedung ini pula pada 29 Agustus 1945, Presiden RI I Ir. Soekarno meresmikan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan kemudian beberapa kali bersidang di gedung ini pula. Pada masa penjajahan Jepang nama gedung ini diganti menjadi Kiritsu Gekitzyoo, dipakai sebagai markas tentara. Pada tahun 50-an, gedung ini sempat dipakai sebagai ruang kuliah malam Universitas Indonesia. Dan, antara tahun 1968 hingga 1984 digunakan sebagai bioskop dengan nama Bioskop Dana dan kemudian menjadi City Theatre. Dan, setelah dikeluarkannya SK Gubernur KDKI Jakarta No. 24/1984, maka bangunan kuno ini dipugar dan dikembalikan ke fungsi semula sebagai pentas kesenian serta ditetapkan namanya menjadi Gedung Kesenian Jakarta (GKJ).

Di sekitar Lapangan Monumen Nasional, di Jl. Medan Merdeka Barat, terdapat Museum Nasional, kerap lebih dikenal sebagai Museum Gajah. Museum ini didirikan oleh Lembaga Kesenian dan Pengetahuan Batavia (Het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen) yang sangat tersohor dan diduga merupakan lembaga ilmiah tertua di Asia.

Museum ini menyimpan tidak kurang dari 109.342 koleksi yang berasal dari berbagai kurun. Untuk koleksi zaman neolitik dipamerkan di Ruang Koleksi Pra-Sejarah. Koleksi zaman batu muda itu antara lain, kapak batu persegi yang ditemukan di Sunter dan Kebayoran (No. 2380; 2494;4290); sebuah beliung dari batu akik (No. 4180), mangkuk terakota dari India Selatan yang ditemukan di Buni dekat Babelan (abad ke-2 SM; No. 7049); sebuah ujung tombak dari masa perunggu-besi yang ditemukan di Lenteng Agung (No. 4545); dan alat-alat logam lainnya yang antara lain ditemukan di Kelapa Dua, Tanjung Barat, Pasar Minggu dan Jatinegara. Semua benda yang ditemukan pada lokasi yang sekarang menjadi bagian wilayah DKI Jakarta ini membuktikan bahwa wilayah Jakarta saat ini sudah dihuni orang pada zaman neolitikum. Masa ini berlangsung sejak abad ke 15 SM.

Benda tua lainnya yang menjadi koleksi museum ini berasal dari abad ke-5, yakni Prasasti Tugu (No. D 214) dengan pahatan huruf-huruf Palawa yang cukup jelas. Hampir semasa dengan prasasti tersebut adalah dua patung Vishnu yang dipamerkan dalam ruang dekat pintu masuk. Boleh jadi, kedua arca ini merupakan arca tertua jenis itu di seluruh Jawa.

Kedua arca ini ditemukan di Cibuaya, sebelah utara Karawang. Dari tahun-tahun terakhir zaman Hindu Sunda Kalapa (nama pertama untuk Jakarta), terdapat batu Padrao, yang berasal dari abad ke-16. Batu ini dipamerkan di sayap selatan gedung utama. Para pelaut Portugis menancapkannya untuk memperingati perjanjian persahabatan antara Kerajaan Pajajaran dan Portugal pada tahun 1522.

Salah satu bagian yang kerap membuat kita berdegup adalah koleksi perhiasan emas berlian yang dipadukan dengan bebatuan yang terkenal mahal harganya, sisa peninggalan abad ke-5 hingga ke-15 ketika bangsa-bangsa maju di Asia kala itu, terutama India dan Cina melakukan banyak perjalanan perdagangan ke negeri ini. Terdapat pula singgasana emas para raja dan berbagai perabotan milik para bangsawan. Koleksi emas berlian itu disimpan di ruang khusus yang selalu dijaga petugas keamanan.

Penjagaan ini mulai diperketat sejak koleksi Museum ini digasak oleh Kusni-Kasdut serta penggasak lainnya yang antara lain menguapkan dua puluh benda koleksi keramik Tionghoa yang nilainya sangat mahal sekali. Namun kemudian, pada sekitar tahun 1996 sejumlah lukisan berharga tinggi koleksi Museum Nasional ini diboyong ke Singapura untuk dilelang. Dan, hasil lelangnya kemana, sampai saat ini tidak ada catatan untuk hal itu.

Memasuki abad ke-20, di Batavia terjadi berbagai perubahan. Dikukuhkannya Undang-Undang Desentralisasi tahun 1903 dan berbagai ordonansi tentang kewenangan lokal dalam pengaturan kota, medorong terjadinya perubahan secara signifikans. Perkembangan kota menjadi demikian pesat, demikian juga pola lingkungan kota, skala ruang-ruang kota dan lain sebagainya yang banyak dipengaruhi oleh hadirnya kereta api, trem, mobil, truk serta jaringan listrik dan telpon. Berbagai prasarana kota dalam skala makro juga mulai digarap. Saluran pengendali banjir atau Banjir Kanal juga sudah mulai dibangun dari Karet-Tanah Abang terus ke laut. Demikian pula rel kereta api yang dimulai dengan jalur tengah dan timur, kemudian ditambah dengan jalur barat melalui Manggarai - Tanah Abang - Duri - Kota.

Dalam pembangunan Banjir Kanal, perencanaannya telah dilakukan sejak 1870, tidak lama setelah Batavia dilanda banjir besar dan baru pada selesai pada tahun 1920. Dalam asumsi para perencana kota kala itu, Batavia akan dihuni oleh penduduk sebanyak 600 ribu jiwa. Menteng dan Kuningan disiapkan untuk menjadi daerah elit. Tanah Abang untuk orang Arab dan Melayu. Glodok untuk pecinan. Senen untuk daerah perdagangan umum serta untuk kelompok elitnya di Pasar Baru dan Gambir untuk pusat pemerintahan.

Upaya-upaya tersebut, khususnya untuk mengembangkan lingkungan permukiman yang telah teratur dilakukan dengan membeli tanah-tanah partikelir, seperti Menteng, Gondangdia, Kramat Lontar, Jatibaru, Karet dan Bendungan Hilir. Rencana Pengembangan itu ditetapkan tahun 1917-1918. Demikian juga dengan perbaikan kampung yang mulai dilakukan sejak 1925, kemudian terhenti oleh Perang Dunia II dan kemudian diteruskan oleh Pemerintah DKI Jakarta pada 1969 dan terus berlangsung hingga kini.

Untuk pengembangan lingkungan permukiman, Niew Gondangdia dan Menteng adalah contoh praktek tata kota modern. Sebuah kota taman yang mulai sepenuhnya mengadopsi mobil dalam tata kota modern, suatu real estate komersial yang pertama menandai liberalisasi ekonomi dan otonomi pemerintahan kota. Ini terutama sekali berkaitan dengan Batavia yang sejak tahun 1926 mendapatkan status kotamadya. Dan Menteng, yang sebenarnya dulu terdiri dari Niew Gondangdia dan Menteng, merupakan salah satu contoh perancangan kota modern pertama di negeri ini.


Menteng dibangun oleh developer swasta NV de Bouwploeg yang dipimpin arsitek PJS Moojen yang tampaknya juga merencanakan tata letak dasar keseluruhan kawasan tersebut. Organisasi ini, dalam semangat ekonomi liberal dan otonomi daerah yang sedang marak pada masa itu, mengelola perencanaan dan pembangunan fisiknya, sementara pemerintah kotamadya hanya melibatkan diri dalam pembebasan lahan dan penyediaan jaringan prasarana.

Batas antara Menteng dan Niew Gondangdia adalah kanal drainase yang diapit oleh sekarang Jalan Sutan Syahrir dan Jalan M. Yamin. Rancangan rinci Menteng dilakukan Kubatz, sementara Niew Gondangdia oleh Moojen sendiri. Yang menjadikan acuan bersama kedua arsitek itu dan yang menyatukan kedua bagian kawasan baru itu adalah Jalan Teuku Umar yang membentuk aksis utara-selatan yang sangat kuat. Ketika berkunjung pada tahun 1931, Berlage, arsitek Belanda yang paling terkenal, memberi komentar: 'tampillah suatu keseluruhan menyatu yang menarik".

Dua bangunan yang sangat indah dan penting sampai sekarang menandai ujung utara aksis tersebut: kantor de Bouwploeg itu sendiri, yang sekarang menjadi Masjid Cut Meutia, dan gedung kesenian Nederlans-Indische Kunstkring yang sekarang bermasalah sebagai bekas gedung imigrasi Jakarta Pusat. Jelas sekali pentingnya kedua bangunan bersejarah itu sebagai penentu ciri dan karakter keseluruhan kawasan Menteng sekarang sekalipun. Aksis ini diberi hiasan berupa bundaran berikut air mancur di tengah-tengahnya. Ujung selatannya adalah Taman Suropati yang dilengkapi dengan bangunan yang cukup besar dan mengesankan sehingga sebanding dengan kekuatan aksis itu sendiri, yaitu yang sekarang gedung Bappenas. Sepanjang aksis ini berjejer kavling dan rumah-rumah besar yang memperkuat statusnya.

Pada Gondangdia Baru, Moojen merupa-rupa pertemuan-pertemuan jalan yang tidak selalu perempatan. Ini dicapainya dengan menggariskan jalan-jalan diagonal dan melengkung yang memotong atau menghentikan jalan-jalan pararel pada arah utara-selatan. Hasilnya adalah keragaman pertemuan jalan yang luar biasa - meskipun agak membingungkan - beserta kavling-kavling sudutnya yang rupa-rupa, yang masing-masing mempunyai hadapan berlainan. Taman Lembang merupakan keharusan teknis (sebagai penampung air) yang berhasil digubah menjadi taman lingkungan yang sampai sekarang boleh dibilang paling indah dan fungsional.

Rancangan Kubatz relatif lebih "berdisiplin". Satu bulevard timur-barat (Jalan Imam Bonjol - Diponegoro sekarang) ditambahkan sebagai aksis lagi, dan memotong aksis Teuku Umar di Taman Suropati. Yang juga menonjol pada rancangan Kubatz ini adalah diperkenalkannya ruang-ruang terbuka semi-publik di tengah-tengah blok-blok besar sehingga membentuk lingkungan-lingkungan sekunder yang berbeda. Tipe baru rumah pun muncul: bangunan dua lantai. Umumnya rumah-rumah ini berbentuk bungalow atau vila yang dikelilingi halaman dan memilki teras depan. Rumah-rumah yang besar lantainya berlapis marmer dan jendelnya berkaca warna.

Ciri bungalow berhalaman keliling ini kini mulai rusak, misalnya di sepanjang Jalan Diponegoro, di mana rumah-rumah baru dibangun seperti istana besar yang tidak menyisakan ruang terbuka di samping dari bawah sampai atas. Thamrin-Sudirman adalah era Soekarno dengan ciri Hotel Indonesia, bundarannya, patung-patung, Senayan dan Ganefo. Kebayoran Baru yang mulai dibangun pada tahun 1949 sejauh delapan kilometer dari Lapangan Monas adalah tata kota modern dengan alusi oriental yang ditandai dengan empat jalan utama yang menyebar dari satu pusat persis ke empat penjuru. Ini adalah karya tata kota pertama seorang Indonesia, Ir M Soesilo.

Kebayoran Baru mengintegrasikan rumah-rumah besar dengan rumah-rumah kecil di dalam setiap blok: yang besar di luar, di tepi jalan besar, yang lebih kecil di dalam, mengelilingi taman lingkungan.


Sementara itu, di sekitar Lapangan Medan Merdeka juga terjadi pengembangan cukup menonjol, seperti dibangunnya Kantor Telpon (1909); Gedung Perhubungan Laut, dulu Kantor KPM/Koninklijke Paketvaart Maatschappij (1916); Gedung Departemen Pertahanan dan Keamanan, dulu Sekolah Tinggi Hukum (1928); Gedung Pertamina, dulu Kantor BPM/Bataafsche Petroleum Maatschappij dengan menara yang dibangun pada tahun 1938 dan lain sebagainya.

Di tengah areal Lapangan Merdeka tersebut terdapat taman, lapangan olahraga dan beberapa bangunan seperti Stasion Gambir. Salah satu lapangan di sini kemudian dipakai sebagai Pasar Gambir, yang juga dikenal sebagai Jaarmarkt atau Pasar malam yang diselenggarakan setiap tahun. Kegiatan ini sempat menghilang dan kemudian diadakan kembali pada 1968 dengan nama Jakarta Fair, di lokasi yang kurang lebih sama dan sejak 1992 dipindahkan di bekas Bandar Udara Kemayoran.

Untuk tempat-tempat rekreasi yang kala itu dipelihara sangat baik antara lain, Wilhelminapark (komplek Masjid Istiqlal); Frombergspark (depan Mabes AD); Burgemeester Bisschopplein (Taman Suropati); sementara untuk wisata lautnya tersedia pantai Zandvoort (Sampur) yang mulai dikembangkan pada pertengahan abad ke-19 dan sebagainya. Karena itu, Niew Batavia, Metropolitan Weltevreden pun secara meyakinkan mengembalikan gelar, "Ratu Timur" yang terkait dengan Oud Batavia. Ini semuanya merupakan godaan besar bagi Jepang untuk merebutnya dan menjadikannya Bintang Selatan pada Cakrawala Matahari terbit. Malahan, pengunjung-pengunjung dari Inggris, sebagaimana diungkap Willard A. Hanna (Hikayat Jakarta), menganggap Weltevreden cukup baik jika dibandingkan dengan Singapura, yang pada waktu itu dan juga kini, merupakan kota yang patut dipamerkan di khatulistiwa.

Di daerah pemukiman orang-orang Eropa dan Cina, jalan-jalan lebar diaspal dengan baik dan dinaungi pohon-pohon rindang yang secara teratur disapu serta disiram dengan air, sehingga sebagian besar kota itu setiap waktu siap untuk diperiksa kebersihannya. Rumah-rumah yang ada besar dan mewah atau kecil tetapi bersih, semua terletak jauh dari jalanan dengan halaman dan kebun. Lalu lintas kendaraan tidak merupakan masalah; ada beberapa ratus kendaraan bermotor yang akhirnya meningkat hingga beberapa ribu, cukup banyak kereta listrik dan delman yang kemudian punah, dan banyak sekali sepeda, yang kesemuanya tidak pernah menimbulkan kemacetan.

Dengan disiplin, kuli-kuli mendorong gerobaknya yang penuh dengan muatan atau memikul barang-barang dengan pikulan bambu, dan secara teratur menepi untuk memberi jalan kepada kendaraan yang lebih penting. Banyak pula orang yang membawa bambu yang diikat menjadi rakit di dalam kanal-kalan atau Kali Ciliwung, sambil berhati-hati agar tidak mengganggu orang yang sedang mandi, mencuci atau buang air. Banyak pejalan kaki membawa payung dari kertas minyak untuk melindungi diri dari terik matahari atau hujan. Di mana-mana terdapat pedagang keliling yang membawa barang jualan, dan menabuh gendang atau seruling, atau gong untuk menarik perhatian.

Sangatlah mudah bagi seorang ibu rumah tangga untuk menunggu tukang sayur, tukang daging, tukang ayam, tukang telur, tukang buah-buahan di rumah daripada pergi ke pasar. Malahan juga tukang-tukang untuk memperbaiki segala macam keperluan rumah tangga, seperti ledeng, listrik, sepatu, lewat di depan rumah, bahkan juga pemangkas rambut, tukang jahit, tukang pijat, pedagang barang-barang antik dan pedagang-pedagang kecil lainnya. Pendeknya, Batavia keadaannya aman dan tenang. Walaupun, kemiskinan dan kemelaratan terlihat dengan nyata, tetapi sama sekali tidak menonjol.
dikoetip dari arsiep sitoesnja Bapedda DKI

Senin, 15 Desember 2008

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA (Versi Eramuslim)

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.

Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.

Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.

Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.

Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.

Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar)

Jumat, 12 Desember 2008

GLOBALISASI : Realitas dan Mitos

MITOS 1: Demokrasi dan kapitalisme berjalan seiring

REALITAS: Demokrasi dan ekonomi pasar yang sehat memang merupakan cita-cita ba gus karena merupakan basis bagi berkembangnya masyarakat yang mampu mengorganisasikan diri dan memperlakukan anggotanya secarasetara.


Tapi, kapitalisme adalah pembunuh maut bagi keduanya. Kapitalisme menciptakan ilusi di dalam pikiran mereka yang berkuasa bahwa ideology ini merupakan mesin kemakmuran, sementara faktanya merupakan mesin perusak dan pencipta ketimpangan. Dalam definisi, desain dan praktek, kapitalisme adalah sistem yang akan mengkonsentrasikan kekuasaan ekonomi ke tangan segelintir orang dan mengesempingkan banyak orang, artinya: tidak demokratis.

MITOS 2: Globalisasi akan mengakhiri kemiskinan

REALITAS: Globalisasi ekonomi menciptakan kemakmuran, tapi hanya untuk
segelintir elit yang diuntungkan oleh konsolidasi kapital, merger,
teknologi skala global, dan aktivitas finansial seperti bursa saham
dan bursa uang. Pasang naik perdagangan bebas dan globalisasi
semestinya "mengangkat semua kapal" dan mengakhiri kemiskinan. Tapi,
dalam setengah abad setelah diperkenalkan, lebih banyak kemiskinan di
dunia ketimbang sebelumnya, dan situasinya terus memburuk.

MITOS 3: Globalisasi akan mengakhiri kelaparan dunia

REALITAS: Globalisasi pertanian telah gagal dalam mengatasi krisis
kelaparan di dunia. Pada kenyataannya, justru telah memperburuk
krisis. Selama dua dasawarsa terakhir, jumlah pangan di dunia terus
meningkat, namun meningkat pula jumlah kelaparan. Sebuah studi PBB
belum lama ini menunjukkan bahwa dunia sebenarnya cukup akan pangan.
Problemnya ada dalam distribusi yang tak merata. Globalisasi produksi
pangan telah meminggirkan petani kecil dari tanahnya dan menggantinya
dengan industri pertanian kimiawi yang padat mesin. Globalisasi
produksi pangan memproduksi pangan yang salah dalam suatu proses yang
membuat jutaan petani kehilangan tanah, tak punya rumah, miskin uang,
dan bahkan tak bisa memberi makan sendiri.

MITOS 4: Globalisasi baik untuk lingkungan

REALITAS: Globalisasi secara inheren bersifat merusak alam karena
menuntut produk dan jasa bergerak ribuan kilometer keliling dunia,
melonjakkan ongkos lingkungan yang demikian mahal dalam bentuk polusi
uadara dan air, peningkatan konsumsi energi, dan penggunaan bahan
kemasan serta pengawet kimiawi yang tak terurai. Kemakmuran yang
diperoleh dari perdagangan dunia sangat sedikit yang dibelanjakan
untuk program perbaikan lingkungan. IMF dan Bank Dunia justru praktis
memastikan perusakan lingkungan.

MITOS 5: Globalisasi ekonomi tidak bisa dihindari

REALITAS: Para pendukung globalisasi ekonomi cenderung melukiskan
globalisasi sebagai proses yang tak terhindarkan, atau merupakan muara
logis dari seluruh benturan gaya ekonomi dan teknologi yang berjalan
selama berabad-abad. Mereka melihat globalisasi sebagai hukum alam.

Tapi, globalisasi ekonomi bukanlah evolusi yang natural.
Lembaga-lembaga dunia seperti IMF, Bank Dunia, GATT, NAFTA dan WTO
menempatkan nilai ekonomi di atas nilai-nilai lainnya, serta menindas
kemampuan tiap negara untuk melindungi lingkungan, buruh, dan
konsumen. Globalisasi semacam itu bahkan cenderung menolak kedaulatan
serta demokrasi sebuah negeri jika negeri itu nampak merintangi
"perdagangan bebas". Tapi, tak satupun dari itu tak bisa dihindari.
Menyebut globalisasi sebagai tak terhindarkan adalah upaya
menghipnotis orang untuk meyakini bahwa tak ada yang bisa dilakukan
untuk mencegah globalisasi, sehingga menciptakan sikap pasrah dan pasif.

Inti Pandangan Neoliberalisme

PASAR YANG BERKUASA
Mempreteli peran dan kewajiban pemerintah, serta membebaskan
perusahaan "swasta" dari setiap ikatan yang dikenakan oleh pemerintah
tak peduli seberapa besar kerusakan sosial yang bisa disebabkannya.

PANGKAS ANGGARAN PUBLIK UNTUK LAYANAN SOSIAL
Kurangi anggaran sosial seperti pendidikan, kesehatan, dan air bersih,
semua itu atas nama pengurangan peran negara.

DEREGULASI
Memangkas hukum dan aturan yang bisa mengurangi penciptaan laba,
termasuk ukuran-ukuran untuk melindungi hak buruh dan pelestarian
lingkungan hidup.

PRIVATISASI
Menjual perusahaan, barang dan layanan milik negara kepada investor
swasta. Walaupun dilakukan atas nama efisiensi yang lebih besar, yang
seringkali memang dibutuhkan, privatisasi mengkonsentrasikan
kemakmuran kepada segelintir tangan dan membuat rakyat miskin tak bisa
mendapatkan barang serta layanan yang mahal.

MENGENYAHKAN KONSEP "THE PUBLIC GOOD" (Kemaslahatan Bersama)
Mengurangi tanggungjawab bersama dan menggantikannya dengan "kewajiban
individu". Membiarkan kaum termiskin untuk menemukan solusi sendiri
atas mahalnya layanan kesehatan, pendidikan dan keamanan sosial serta
menyebut mereka "malas" jika mereka gagal.

……….

Nasib Suku Rimba merupakan satu contoh nyata dari dampak buruk
globalisasi (investasi).

Pengusaha asing, khususnya Malaysia, banyak menanam modal pada
perkebunan sawit di Sumatra, yang menyusutkan hutan, mengurangi
keragaman (monokultur) , dan merusak kesuburan tanah dalam jangka
panjang. Ini semua membuat problem kemiskinan yang sudah ada menjadi
makin parah, khususnya bagi petani atau perambah hutan seperti Orang
Rimba.

Problem kemisknan merupakan tanggungjawab pemerintah untuk
mengatasinya. Tapi, selalu ada dalih pemerintah tak punya uang, dan
memanggil atau memberi fasilitas kepada investor asing (atau investor
Jakarta) untuk menanm modal dengan harapan memacu pertumbuhan ekonomi
yang bisa mentes ke bawah.

Alih-alih membuat diri lebih efisien, menghapus korupsi, dan
memikirkan strategi jangka panjang, para birokrat pemerintahan
cenderung memilih mendapat modal secara cepat (dan berharap cipratan
cepat uang lewat praktek kolusi pengausa-pengusaha) , dengan
mengabaikan nasib orang-orang miskin seperti Orang Rimba.

Manfaat atau besarnya penetesan ekonomi ke bawah (trickle down effect)
dari investasi asing sudah lama diragukan di kalangan ekonom dan
pengamat sosial. [Lihat kemiskinan di daerah-daerah tambang seperti Freeport].

Harga yang dibayar masyarakat bawah justru sering menjadi sangat
mahal, yang membuat mereka makin terbenam dalam lingkaran setan
kemiskinan.

Investor Malaysia tahu, di samping tak ada lagi lahan di negerinya,
perkebunan sawit merusak ekosistem, dan karenanya menghabisi sumber
penghidupan, dalam jangka panjang.

Mereka senang bisa "mengekspor" kerusakan berkat globalisasi dan
kesediaan Indonesia menerimanya. Mereka menangguk keuntungan jangka
pendek. Karena investor sering dipandang "raja", mereka memperoleh perlakuan istimewa, termasuk jika mereka merusak hutan atau menggunakan teknik membakar hutan untuk membuka hutan, yang bisa menyebabkan bencana lebih tragis lagi.

Deregulasi investasi diranfang antara lain untuk melonggarkan antara lain standar pengamanan lingkungan, tanggungjawab investor/pengusaha terhadap dampak dari operasi bisnisnya. [Lihat pula kasus Lapindo]

Sementara investor menangguk untung cepat, ongkos mahal yang sedang dan akan dibayar oleh orang miskin seperti Orang Rimba, secara jangka panjang.

Kapitalisme global, dan globalisasi kapitalisme, tak hanya merusak
alam dan hutan; tapi juga masyarakatnya.

Globalisasi kapitalisme memungkinkan investor asing mengambil untuk tanpa bertanggungjawab atas kualitas lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat setempat. penjarahan yang dilegalkan atan nama liberalisasi ekonomi. Kolonialisme dalam bentuk baru.

dari ringkasan "Take It Personally" karya Anita Roddick--fgaban

Selasa, 02 Desember 2008

Soal Ujian Block kelas XI IPA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI
SMA NEGERI 52 JAKARTA
Jl Raya Tugu Semper Telp 4405378-4416025 Fax 4405378 K Pos 14130

Mata Pelajaran : Sejarah
Hari/Tanggal : Selasa, 2 Desember 2008
Kelas : XI IPA
Waktu : 11.00 – 12.30

Pilihlah jawaban yang kamu anggap paling benar, berilah tanda silang pada lembar jawaban


1. Makam yang ditemukan berangka tahun 665 H atau 1297 M adalah nisan dengan atas nama..….
A. Fatimah bt Maimun
B. Maulana Malik Ibrahim
C. Sultan Malik al Saleh
D. Ibnu Batutah
E. Sultan Mughayat Syah

2. Gelar raja - raja Indonesia yang mengguna-kan kata “SHAH” menunjukan bahwa kebu-dayaan Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari….
A. Mesir
B. Libya
C. Arab Saudi
D. Persia
E. India

3. Pengaruh kebudayaan Hindu kedalam praktek ajaran Islam di Indonesia dapat dilihat pada ….
A. upacara selamatan kematian seseorang
B. letak masjid yang dekat halaman luas / alun-alun
C. bangunan tempat ibadah (masjid ) yang selalu menghadap ke timur
D. membunyikan bedug sebagai pertanda waktu shalat telah datang
E. atap mesjid yang berbentuk joglo

4. Setelah selat dan kerajaan Malaka diduduki Portugis maka pedagang / saudagar-saudagar Islam banyak yang meninggalkan jalur Malaka. Mereka pindah ke ….
A. Aceh, Banten, Maluku
B. Aceh, Banten dan Demak
C. Banten, Jakarta dan Tuban
D. Aceh, Jakarta dan Demak
E. Aceh, Jakarta dan Banten

5. Penyebaran agama Islam dengan berkembangnya dunia perdagangan memiliki keterkaitan yang erat. Pernyataan yang tidak mendukung terlihat pada ….
A. Berkembangnya kota kota pelabuhan di pesisir utara pulau jawa
B. Munculnya Pekojan di pesisir utara jawa
C. Pusat kerajaan selalu berada di pesisir pantai
D. Munculnya industri-industri yang tangguh di kota pesisir, seperti Kudus dan Pekalongan
E. Berkembangnya jaringan dakwah dan pesantren-pesantren terkenal di pesisir pantai

6. Sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak berusaha melawan bangsa asing yang akan merugikan posisinya, sehingga ….
A. melawan VOC yang berkedudukan di Batavia
B. mengutus Pati Unus menyerang Portugis ke Malaka
C. mengutus Fatahillah mengusir Portugis di Sunda Kelapa
D. menugaskan Pangeran Sabrang Lor mengusir VOC di Banten
E. memanfaatkan Maulana Malik Ibrahim melawan Portugis di Malaka

7. Persiapan Sultan Agung sebelum mengusir Belanda (VOC) dari Batavia dengan cara ….
A. memindahkan para petani ke daerah Karawang
B. mengadakan kerjasama dengan rakyat setempat
C. mengadakan hubungann baik dengan penguasa Banten
D. para bupati pesisir diperintahkan menyerang Batavia
E. bekerjasama dengan raja Pajajaran untuk menyerang Batavia

8. Yang bukan merupakan latar belakang lahirnya pergerakan nasional di Indonesia adalah ….
A. Politik etis yang dijalankan pemerintah Belanda
B. Masuknya ide-ide Barat melalui golongan terpelajar
C. Pengaruh pembaharuan – pembaharuan di dalam bidang agama
D. Pengaruh politik devide et impera yang dilakukan Belanda
E. Pengaruh politik diskriminasi yang dicanangkan pemerintah kolonial

9. Berdirinya kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat akibat dari ...
A. Sebagai pelaksanaan hukum waris yang ada di keraton
B. perang saudara yang menimpa kerajaan Mataram
C. perjuangan Pangeran Mangkubumi dan diakhiri dengan Perjanjian Giyanti 1755
D. sesuai dengan rencana pendiri kerajaan Mataram itu sendiri
E. politik devide et impera yang dilakukan Belanda dengan melibatkan Trunojoyo

10. Perhatikan gambar. Bangunan ini adalah wujud akulturasi antara kebudayaan Hindu –slam. Masjid ini dapat dihubungkan sebagai bukti adanya kerajaan…

A. Aceh
B. Samudra Pasai
C. Banten
D. Demak
E. Mataram

11. Makasar menjadi kerajaan besar dan makmur karena
A. kerajaan ditopang oleh pertanian
B. Makasar bekerjasama dengan VOC yang membawa barang-barang dagang dari eropa
C. Makasar sebagai keraan Maritim sangat cocok
D. Makasar menjalankan monopoli perdagangan beras dan rempah-rempah dari Maluku ditopang oleh bandar transito
E. mengalahkan kerajaan-kerajaan disekitarnya

12. Tindakan-tindakan pemerintah kolonial:
1. Mengenalkan “ekonomi uang” dalam kehidupan bermasyarakat
2. Menyelenggarakan pendidikan “sekolah rendah”
3. Membangun wilayah perkebunan besar-besaran
4. Membangun system irigasi untuk perkebunan
5. Mmemindahkan penduduk Jawa ke daerah perkebunan
yang merupakan pelaksanaan politik etis pada tindakan tersebut adalah..
A. 1,2 dan 3
B. 1,3 dan 5
C. 2,3 dan 4
D. 3,4 dan 5
E. 2,4 dan 5

13. Perhatikan informasi berikut :
1. Menghindarkan persaingan antar pengusaha Belanda
2. Untuk menyaingi EIC di India
3. mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
4. agar tidak terjadi kelebihan produksi
5. untuk menyaingi perdagangan orang Islam
Tujuan Belanda mendirikan VOC tahun 1602 adalah …
A. 1, 2, 3
B. 1, 3, 5
C. 2, 3, 4
D. 3, 4, 5
E. 1, 2, 5

14. Perhatikan data di bawah ini !
1. Monopoli perdagangan
2. melakukan perjanjian
3. monopoli pemerintahan
4. menentukan harga barang
5. menentukan mata uang sendiri
Yang merupakan hak istimewa VOC adalah ….
A. 1, 2, 3
B. 1, 3, 5
C. 2, 3, 4
D. 3, 4, 5
E. 1, 2, 5

15. Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dinyatakan bangkrut oleh pemerintah kerajaan Belanda. Kebangkrutan ini disebabkan …
A. banyaknya pejabat-pejabat yang korup
B. timbulnya pertentangan dikalangan pejabat Belanda
C. pemerintah Belanda memakai taktik lain
D. serangan dari bangsa-bangsa asing
E. terjadinya gerakan-gerakan dari rakyat pribumi

16. Pada tahun 1808 – 1811 Indonesia diperintah oleh Gubernur Wilhelms Daendels, dengan tugas pokok ialah ...
A. mempertahankan pulau jawa dari serangan Inggris
B. melindungi Jawa – Madura dari serbuan Portugis
C. melindungi Kebun Raya dari serbuan Inggris
D. mempertahankan jalur lalu lintas Anyer – Panarukan
E. mempertahankan Indonesia dari serangan tentara Perancis

17. Perhatikan informasi berikut !
1. dibangunnya jalan lintas jawa dari Anyer – Panarukan
2. dibangunnya istana Bogor
3. diperkenalkan penyelenggaraan pengadilan keliling di beberapa distrik di pulau jawa
4. dibangunnya benteng Marlborough
5. diperkenalkan sistem sewa dan pajak tanah (Land Rent)
Penyelenggaraan sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh Sir Stanford raffles terdapat pada nomor ...
A. 1, 2, dan 3
B. 1, 2, dan 4
C. 2, 3, dan 4
D. 2, 4, dan 5
E. 3, 4, dan 5

18. Dilaksanakannya Sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) tahun 1830-1870 di Indonesia membuat rakyat Indonesia …
A. mengenal berbagai macam tanaman
B. hidup bahagia dari tanamannya yang melimpah
C. menderita dan miskin akibat sistem tanam paksa
D. mendapat perhatian dari pemerintah Belanda
E. munculnya dan berkembangnya politik asosiasi

19. Berikut ini adalah perbandingan kebijakan pemerintah kolonial Belanda pada abad 19 dengan abad 20 di Indonesia
Abad 19
A.
B.
C.
D.
E. Desentralisasi sistem pemerintahan
Pelaksanaan politik Etis
Program Tanam Paksa dan UUPA
Politik ekonomi Liberal
Sistem residen tetap dipertahankan


Abad 20
A.
B.
C.
D.
E. - Sentralisasi pemerintahan
- Pelaksanaan politik Cultuur Stelsel
- Edukasi, Irigasi, Transmigrasi
- politik Landrente dengan uang
- kedudukan bupati bukan pegawai pemerintah

20. Perhatikan data di bawah ini !
1. masuk dan berkembangnya faham-faham baru
2. munculnya kaum intelektual
3. kenangan kejayaan masa lampau
4. penderitaan rakyat akibat imperialisme
5. kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905
Dari pernyataan diatas yang berperan sebagai faktor intern, yang melatar belakangi lahirnya pergerakan nasional adalah . . .
A. 1, 2, dan 3
B. 1, 2, dan 4
C. 2, 3, dan 4
D. 2, 3, dan 5
E. 3, 4, dan 5

21. Partai politik yang pertama kali berdiri memiliki syarat keanggotaannya terbuka, baik bagi pribumi, maupun non pribumi, agama, jenis kelamin, suku, adalah...
A. Budi Utomo
B. Sarekat Dagang Islam
C. Syarikat Islam
D. Perhimpunan Indische
E. Indische Partij

22. Perhatikan data berikut :
1. Membela kepentingan rakyat kecil
2. Kesadaran sebagai bangsa mulai tumbuh akibat tekanan dari bangsa asing baik Belanda maupun Cina
3. Organisasi tersebut didasarkan atas Syariat Islam yang dianut mayoritas rakyat Indonesia
4. Mengembangkan jiwa dagang rakyat Indonesia
5. Membantu anggota-anggota yang kesulitan dalam bidang usaha
Dari data diatas penyebab Syarikat Islam (SI) diminati masyarakat Indonesia sampai lapisan bawah adalah ..
A. 1, 2, 3
B. 1, 3, 4
C. 2, 3, 4
D. 2, 4, 5
E. 3, 4, 5

23. Upaya dan tindakan yang dilakukan Syarikat Islam untuk membersihkan diri dari pengaruh komunis / ISDV ialah ...
A. Tokoh-tokoh syarikat islam sepakat mengganti Azas partai
B. Syarikat Islam merubah nama menjadi Syarikat Rakyat
C. Syarikat Islam mengadakan aturan disiplin partai
D. Pada tahun 1930 Partai Syarikat Islam diganti nama menjadi Syarikat Islam Indonesia
E. Mengadakan hubungan dengan gerakan islam di luar negeri dilandasi Pan Islamisme

24. Politik agitasi PNI membawa keberhasilan mereka dalam mencapai jumlah anggota yang fenomenal. Politik ini pula yang membawa pemimpin mereka Ir. Soekarno ditangkap. Judul pidato pembelaan Soekarno setelah ditangkap didepan pengadilan Bandung ialah …
A. Jas Merah
B. Indonesia Merdeka
C. Nasakom
D. Nawaksara
E. Indonesia Menggugat

25. Azas perjuangan perhimpunan Indonesia (PI) yang dipergunakan sejak tahun 1923 ...
A. Kooperatif self help – Not Medicaney – nasionalisme Radikal
B. Menentukan nasib sendiri – Self Help – Nasionalisme Radikal
C. Moderat Kooperatif – Non Kooperatif – Self Help – Nasionalisme Radikal
D. Non Kooperatif – Nasionalisme Radikal – Self Help – Not Medicancy
E. Nasionalisme Radikal – Not Medicancy - Moderat– Self Help

26. Perhatikan data-data di bawah in
1. Kami putra putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu tanah Indonesia
2. Kami putra putri Indonesia bertumpah darah satu tanah air Indonesia
3. Kami putra putri Indonesia mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia
4. Kami putra putri Indonesia berbangsa satu bangsa Indonesia
5. Kami putra putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia
Dari data – data di atas yang merupakan isi dari sumpah pemuda adalah
A. 1,2, dan 3
B. 2, 3, dan 4
C. 2, 3, dan 5
D. 1, 3, dan 5
E. 3, 4, dan 5

27. Semua organisasi politik yang didirikan pada masa penjajahan Belanda dibubarkan oleh pemerintah pendudukan Jepang, Cuma satu yang tetap diijinkan berdiri, yakni ...
A. Indische Partij
B. Muhamadiyah
C. Nahdatul Ulama
D. Perti
E. MIAI

28. Pusat-pusat pendidikan di Indonesia abad 16 – 19 sangat berperan dalam proses Integrasi bangsa Indonesia, sebab …
A. Melahirkan para cendikiawan yang akan mempelopori pergerakan Indonesia
B. Akan menampung segala aspirasi dari berbagai suku di Indonesia
C. Akan mampu mewujudkan suatu bangsa yang besar dan berwibawa
D. Merupakan perwujudan rasa solidaritas antar suku bangsa di Indonesia
E. Terwujudnya kebersamaan pola pikir para pelajar dari berbagai suku

29. Bidang yang tidak banyak memberi sumbangsih terhadap pembentukan identitas nasional ialah ...
A. semangat ukuwah Islamiyah
B. migrasi penduduk antar pulau
C. berdirinya pusat-pusat pendidikan
D. aturan disiplin partai
E. penggunaan bahasa melayu sebagai Lingua Franca

30. Pada tahun 1943 Jepang mulai memanfaatkan tenaga pemuda Indonesia untuk diberi latihan militer, diantaranya adalah Heiho yang mempunyai tugas sebagai ...
A. pembantu dinas kepolisian
B. pekerja untuk membuat benteng pertahanan
C. pembantu prajurit Jepang dalam perang
D. laksar rakyat uang dipersenjatai
E. prajurit yang diperbantukan ke depdagri

31. Siasat yang ditempuh kaum pergerakan Indonesia untuk menghadapi Jepang adalah ...
A. Bersikap radikal
B. Bersikap nonkoperatif atau gerakan bawah tanah
C. Mengadakan perlawanan dengan keras
D. Menerima kerjasama dengan Jepang
E. Menolak kerjasama dengan Jepang

32. Tujuan Jepang membentuk gerakan 3A di Indonesia ialah ….
A. Untuk menyatukan golongan nasional di Asia
B. Untuk membentuk Romusha dari pemuda-pemuda Indonesia
C. Untuk menarik simpati dan mengerahkan dukungan rakyat Indonesia
D. Mengangkat orang-orang Indonesia pada jabatan-jabatan tinggi
E. Untuk membentuk daerah persemakmuran bersama di Asia Timur Raya

33. Salah satu dampak positif pendudukan Jepang di Indonesia adalah ...
A. Bahasa Indonesia disempurnakan
B. Pembatasan penggunaan bahasa Indonesia
C. Digunakan sebagai bahasa resmi dikantor dan sekolah
D. Bahasa Indonesia hanya dipelajari di kampus / universitas
E. Dipergunakan berdampingan dengan bahasa Jepang memakai huruf Kanji

34. Dalam situasi terjepit ditengah berkecamuk Perang Dunia II, Jepang berusaha mengambil hati rakyat Indonesia dengan ...
A. menambah jumlah autarki bagi setiap daerah
B. mengajak kerjasama untuk memenang-kan PD II
C. memberikan janji kemerdekaan pada suatu hari
D. membebaskan para tawana Jepang
E. meningkatkan perlawanan para pekerja dan prajurit

35. Faktor-faktor penyebab terjadinya peristiwa Rengasdengklok adalah ...
A. adanya berunding dengan Jepang
B. adanya perbedaan pendapat masalah tempat pembacaan Proklamasi
C. adanya perbedaan pendapat tentang hari tanggal pelaksanaan Proklamasi
D. adanya perbedaan pendapat mengenai penandatanganan naskah Proklamasi
E. adanya perbedaan pendapat antara golongan tua deengan golongan muda mengenai Proklamasi, disyahkan PPKI atau tidak

36. Perhatikan data berikut ini !
1. Ir. Soekarnao
2. Drs Moh Hatta
3. Suhud
4. Mr Achmad Soebardjo
5. Latif Hadiningrat
Tokoh yang berperan dalam merumuskan teks proklamasi adalah…
A. 1, 2, 3
B. 1, 3, 5
C. 1, 2, 4
D. 2, 3, 4
E. 3, 4, 5

37. Setelah proklamasi kemerdekaan, Indonesia punya kepentingan supaya tidak diberi label sebagai negara ciptaan Jepang oleh sekutu. Pernyataan dan kebijakan pemerintah yang mendukung untuk hal itu ...
A. Maklumat tgl 16 Oktober tahun 1945
B. Maklumat No 3 tahun 1945
C. Maklumat 3 November 1945
D. Maklumat 14 November 1945
E. Maklumat No X tahun 1945

38. Partai Islam yang berdiri setelah keluar keputusan ijin pendirian partai politik bulan November adalah …
A. Masyumi
B. Syarikai Islam
C. Parmusi
D. Nahdatul Ulama
E. Perti

39. Menurut Cliford Geertz, secara garis besar ideologi partai politik di Indonesia ada 3 yakni ...
A. Islamis, abangan, nasionalis
B. Nasionalis, komunis, sekuler
C. Komunis, agamis, sekuler
D. Abangan, sekuler, komunis
E. Sekulaer, agamis, nasionalis

40. Pada tahun 1963 pemerintah RI memberikan gelar Pahlawan kepada tokoh sosialis yang dikenal sebagai tokoh anti Jepang, yakni ….
A. Sutan Syahrir
B. Tan Malaka
C. Adam Malik
D. Amir Syarifudin
E. Soemitro Djojohadikusumo