PENEMUAN MANUSIA PURBA DAN HASIL BUDAYANYA
v Jenis-jenis manusia purba
Charles Darwin menyatakan perkembangan manusia dengan teori evolusi manusianya. Manusia pertama diperkirakan muncul pada zaman pleistosen bawah , kurang lebih 600.000 tahun sampai 300.000 tahun yang lalu.
Manusia purba mempunyai ciri-ciri fisik, antara lain mulai dapat berdiri tegak dengan jari-jari tangan yang mampu menggenggam dan mulai mampu membuat peralatan-peralatan sederhana.
Jenis-jenisnya yaitu:
· Homo sapiens diteliti oleh Van Reictshotten.
Salah satu ciri-cirinya yaitu volume otaknya sekitar 1200cc
· Meganthropus paleojavanicus
Ditemukan oleh Ralph von Koeningswald pada tahun 1936-1941 di daerah Sangiran (Kabupaten Sragen, Jawa Tengah).
Ciri-cirinya:
- Dianggap paling tua (hidup antara 2 sampai 1 juta tahun yang lalu)
- bentuk fisik yang besar
- Rahang bawah mempunyai batang yang sangat tegap dan geraham yang besar
- Makanannya tumbuhan
- Muka terkesan kuat
- Tulang pipi tebal
- Tonjolan kening mencolok
- Tonjolan belakang kepala tajam
- Volume otaknya sekitar 1000cc
- Otot-otot tengkuk kuat dan
- Perawakan yang tegap
Meganthropus Paleojavanicus
· Pithecanthropus mojokertensis atau Pithecanthropus robustus
Ditemukan oleh Weidenreich dan Ralph von Koeningswald pada tahun 1936 di daerah Perning, Mojokerto, Jawa Timur.Penemuan ini berupa fosil purba anak-anak.Ciri-ciri fosil tersebut yaitu :
- berusia sekitar 6 tahun
- Isi tengkoraknya sekitar 650cc dan akan mencapai 1000cc setelah ia menjadi dewasa
- Adanya ruang di antara gigi seri ramping dan taring, serta
- Adanya tiga buah akar geraham muka pertama pada rahang atasnya 3 buah.Baik rahang atas maupun rahang bawah, memiliki ciri-ciri gigi geraham kedua sebagai gigi yang terbesar dan gigi depan yang kecil.
· Pithecanthropus erectus (manusia kera)
Ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di desa Trinil,Lembah Bengawan Solo, Jawa Tengah.
Ciri-cirinya:
- Rahangnya menonjol ke depan
- Terdapat tonjolan kening di dahi
- Dagu tidak ada
- Hidung lebar
- Pipi menonjol ke depan dan ke samping
- Leher tegap dan miring ke belakang
- Alat pengunyah cukup kuat
- Badan tegap dan
- Volume otaknya antara kera dengan manusia
Pithecanthropus erectus
· Pithecanthropus soloensis (manusia kera dari Solo)
Ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth dan Ralph von Koeningswald di desa Ngandong, Lembah Bengawan Solo, pada tahun 1931-1933.
Ciri-cirinya ;
- Tengkorak lonjong, tebal dan masif
- Dahi lebih berisi
- Akar hidungnya lebar
- Rongga matanya sangat panjang
- Volume otaknya sekitar 1250cc
Pithecanthropus Soloensis
· Homo wajakensis
Ditemukan olehVan Reictshotten, pada tahun 1889, di desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur.Homo Wajakensis merupakan Homo sapiens pertama di Asia.
Ciri-cirinya :
- Memiliki tengkorak besar dengan volume 1630cc
- Mukanya datar dan lebar
- Akar hidungnya lebar
- Bagian mulutnya sedikit menonjol
- Dahinya agak miring
- Di atas rongga matanya terdapat busur kening yang nyata
- Rahangnya tergolong masif
- Memiliki gigi yang besar
- Tubuhnya berdiri tegak dengan tinggi sekitar 173 cm.
· Sinanthropus pekinensis
Ditemukan di Choukoutien,Cina.
Ciri-cirinya hampir sama dengan Pithecanthropus Erectus kecuali volume otaknya yang sedikit lebih besar.
· Phitecantropus
Salah satu ciri-cirinya yaitu memiliki volume otak yang paling kecil
· Homo Rhodensiensis
Ditemukan di Broken Hill (Rhodesia Utara), Afrika.
Manusia purba ini sudah dapat berjalan tegak seperti manusia sekarang
· Homo sapiens bassilus
Ditemukan di Perancis.
Ciri-cirinya adalah dahinya tidak lagi miring dan telah memiliki dagu
· Eoabthropus dowson / Piltdown
Ditemukan di Inggris.Menurut para ahli digolongkan ke dalam Homo sapiens dan diperkirakan hidup pada zaman Divilium Muda.
Piltdown
v Hasil Kebudayaan Manusia Purba
Hasil kebudayaan manusia purba di Indonesia dibagi ke dalam dua zaman, yaitu zaman Pleistosen dan HolosenPada zaman pleistosen, terdapat dua kebudayaan besar nusantara, yaitu kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong. Di Zaman Holosen, periodisasi kebudayaan terbagi atas dasar peralatan atau teknologi kehidupannya, yaitu zaman Batu dan zaman Logam. Zaman Batu terdiri dari zaman Batu tua (Paleolithikum), zaman Batu Madya (Mesolithikum), zaman Batu Muda (Neolithikum) dan zaman Batu Besar (Megalithikum). Zaman Logam terdiri dari zaman Tembaga, zaman Perunggu dan zaman Besi.
J Zaman Pleistosen
Kebudayaan pada zaman ini terbagi 2 yaitu, kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong dimana kedua kebudayaan ini masih tergolong dalam kebudayaan Paleolithikum.
Hasil-hasil kebudayaan:
¯ Kebudayaan Pacitan
o Chopper atau Kapak genggam
Berguna sebagai alat pemotong atau penetak
Daerah penemuan kapak perimbas/kapak genggam selain di Punung (Pacitan) Jawa Timur juga ditemukan di daerah-daerah lain yaitu seperti Jampang Kulon, Parigi (Jawa Timur), Tambang Sawah, Lahat, dan KaliAnda (Sumatera), Awang bangkal (Kalimantan), Cabenge (Sulawesi), Sembiran dan Terunyan (Bali).
Chopper dilihat dari berbagai sisi
¯ Kebudayaan Ngandong
o Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon,yang dapat digunakan untuk mengupas makanan.
Flakes
o Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung tombak bergerigi .
Hasil kebudayaan Ngandong
Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk : berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
J Zaman Holosen
Hasil kebudayaan Holosen dapat dilihat dari sudut pandang pembagiannya sebagai berikut.
« Kebudayaan Mesolithikum
3 bagian penting Kebudayaan Mesolithikum,yaitu
§ Peble-Culture (alat kebudayaan Kapak genggam) didapatkan di Kjokken Modinger.Kjokken Modinger adalah sampah dapur (timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil) yang ditemukan di sepanjang pantai timur Pulau sumatera.
§ Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
§ Flakes Culture (kebudayaan alat serpih) didapatkan di Abris sous Roche. Abris Sous Roche adalah goa yang di pakai sebagai tempat tinggal
Abris Sous Roche
Hasil kebudayaannya :
o Kapak Sumatera/genggam (pebble culture)
Kapak Sumatera
o Kapak pendek (hache Courte)
o Serpih bilah dan mata panah bergerigi (flakes culture)
o Pipisan (batu-batu penggiling)
Kapak-kapak tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah.
· Alat-alat di atas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores.
« Kebudayaan Megalithikum
Hasil kebudayaan di zaman ini mempunyai ciri khas berupa bangunan dari batu-batu besar.Oleh karena itu, ia disebut sebagai mega (besar) dan lithos (batu).
Kepercayaan yang berkembang di zaman ini adalah kepercayaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Hasil kebudayaan pada zaman ini digunakan sebagai media untuk pemujaan roh nenek moyang tersebut.
Pemujaan dari zaman megalithikum banyak ditemukan di wilayah Indonesia, terutama pada daerah Jawa, Sumatera dan Bali.
Hasil kebudayaan zaman Megalithikum adalah sebagai berikut :
o Menhir , adalah tugu batu yang didirikan sebagai tempat pemujaan untuk memperingati arwah nenek moyang yang telah meninggal.
Menhir
o Dolmen, adalah meja batu, merupakan tempat sesaji dan pemujaan kepada roh nenek moyang.
Dolmen
o Sarchopagus atau keranda, bentuknya seperti lesung yang mempunyai tutup berguna sebagai kubur batu.
Sarcophagus
o Arca yang menggambarkan binatang-binatang dan manusia.
Arca
o Punden berundak, bangunan tempat pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat yang berfungsi sebagai tempat pemujaan bersamaan dengan menhir.
Punden berundak
o Waruga yang digunakan sebagai kubur batu. Lazimnya waruga berbentuk kubus atau bulat.
o Kubur peti batu/peti mati yang terbuat dari batu besar yang masing-masing papan batunya lepas satu sama lain.Fungsinya sebagai tempat penguburan.
Kubur Peti Batu
Peninggalan kebudayaan dari zaman Megalithikum di daerah Sumatera terdapat di dataran tinggi Pasemah. Penyelidikan ini dilakukan oleh Dr. van der Hoop dan van Heine Geldern.
Penemuan kebudayaan Megalithikum di daerah Jawa terdapat di daerah Besuki. Peninggalan-peninggalan itu berupa kuburan dan oleh penduduknya disebut “Pandhusa” (dolmen yang berisi kubur batu dibawahnya).
Kebudayaan Megalithikum juga ditemukan di daerah Wonosari (Yogyakarta), Cepu dan Cirebon. Pada daerah-daerah ini ditemukan kubur-kubur batu yang berisi kerangka manusia, alat-alat perunggu dan besi dan manik-manik.
Di daerah Bali juga ditemukan Sarcopagus yang menyerupai peti-peti dari Besuki.
Penemuan benda-benda kebudayaan dari zaman Megalithikum hanya dapat ditemukan di seluruh wilayah Indonesia.
« Kebudayaan Neolithikum
Kebudayaan dizaman ini sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Bac Son-Hoa Binh dan Dong Son di dataran Asia Tengah.
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan. Contoh alat tersebut yaitu :
o Kapak Persegi, misalnya : Beliung, Pacul dan Torah untuk mengerjakan kayu. Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat. Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Daerah asal kapak persegi adalah daratan Asia masuk ke Indonesia melalui jalur barat dan daerah penyebarannya di Indonesia adalah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.Walaupun kapak persegi berasal dari daratan Asia, tetapi di Indonesia banyak ditemukan pabrik/tempat pembuatan kapak tersebut yaitu di Lahat (Sumatera Selatan), Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Pacitan serta lereng selatan gunung Ijen (Jawa Timur).
Kapak persegi & Kapak persegi dari Choladon
o Kapak Lonjong, sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus. Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
Kapak lonjong
o Kapak Bahu, sama seperti kapak persegi ,hanya di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Hanya di temukan di Minahasa
o Perhiasan ( gelang dan kalung dari batu indah), ditemukan di Jawa
o Pakaian (dari kulit kayu)
o Tembikar (periuk belanga), ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Melolo(Sumba)
Tembikar
Manusia pendukung kebudayaan Neolithikum adalah bangsa Austronesia (Austria) ,Austro-Asia (Khmer – Indochina) dan Proto Melayu (suku Nias, Toraja, Dayak dan Sasak)
« Kebudayaan Perunggu
Kebudayaan perunggu di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Dong Son di dataran Vietnam karena disanalah pusat kebudayaan perunggu.
Hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia adalah :
o Nekara perunggu (Moko), berbentuk seperti dandang. Banyak ditemukan di daerah : Sumatera, Jawa Bali, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar dan Kep. Kei. Kegunaan untuk acara keagamaan dan mas kawin.
Nekara perunggu
o Kapak Corong (Kapak perunggu) banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Balio, Sulawesi dan Kepulauan Selayar dan Irian. Kegunaannya sebagi alat perkakas.
Kapak corong
o Bejana perunggu, bentuknya mirip gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai. Hanya ditemukan di Madura dan Sumatera
o Arca-arca perunggu, banyak ditemukan di Bangkinang(Riau), Lumajang (Jatim) dan Bogor (Jabar)
Arca perunggu
o Kapak sepatu
Kapak sepatu
o Senjata
o Perhiasan : gelang, anting-anting, kalung dan cincin.
Peralatan yang dibuat pada zaman kebudayaan perunggu ini menggunakan dua teknik mendasar, yaitu a cire perdue atau teknik cetak lilin dan teknik setangkup atau bivalve.
Kegiatan Berbagi Praktik Baik dan Rencana Tindak Lanjut
4 minggu yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar