sumber http://www.nurdayat.wordpress.com/page/4/
Meskipun Mataram tidak berhasil merebut benteng Batavia dan menundukkan Kompeni pada tahun 1628, mereka tidak begitu saja menyerah. Tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1629 tentara Mataram berangkat lagi menuju Batavia dengan perlengkapan senjata-api. Keberangkatan mereka dari ibukota Mataram adalah pada bulan Juni. Pada akhir bulan Agustus 1629 penjaga-penjaga Kompeni yang ditempatkan beberapa kilometer di sungai Ciliwung telah melihat barisan depan.[i] Sebagian pasukan Mataram mencoba mengusir ternak Kompeni akan tetapi hal itu dapat dicegah oleh Kompeni.
Pada tanggal 31 Agustus 1629 hampir keseluruhan pasukan tiba di daerah sekitar Batavia. Mereka datang berkuda membawa bendera, panji-panji dan mereka juga membawa gajah. Cara yang dipakai Mataram untuk membawa beras ke sekitar Batavia sebagai bekal bagi prajurit-prajurit adalah pengiriman seorang utusan yang bernama Warga, untuk (pura-pura?-peng.) minta maaf kepada Kompeni mengenai hal yang telah terjadi. Kompeni menerima warga dengan baik. Sementara itu orang-orang Mataram mengumpulkan padi di Tegal. Padi itu akan ditumbuk di Tegal untuk diperdagangkan ke Batavia. Siasat ini kemudian dibocorkan oleh seorang anak buah dari salah satu perahu warga, sehingga ketika Warga tiba di Batavia untuk kedua kalinya ia ditangkap dan ditanyai tentang kebenaran berita, bahwa Mataram hendak menyerang Batavia lagi. Hal ini dibenarkan oleh Warga dan rahasia bahwa Tegal menjadi gudang persediaan beras bagi tentara Mataram pun terbuka. Setelah mendapat keterangan ini Kompeni mengirimkan armadanya ke Tegal, di mana perahu-perahu Mataram, rumah-rumah dan gudang-gudang beras bagi tentara Mataram dibakar habis, setelah Tegal mendapat perusakan, Kompeni mengarahkan perhatiannya terhadap Cirebon. Kota ini juga mendapat gilirannya. Persediaan padi di sini pun habis dibakar oleh VOC. Akibat dari dimusnahkannya gudang beras Mataram, usaha pengepungan Batavia tidak berlangsung lama. Meskipun demikian mereka toh mendekati benteng Hollandia dengan mengadakan pendekatan melalui parit-parit. Benteng Hollandia dapat mereka rusakkan. Setelah berhasil, mereka menuju benteng Bommel, akan tetapi di sini mereka gagal.
Pada hari-hari berikutnya Mataram maju ke Benteng dan pada tanggal 21 September 169 tembakan mulai terhadap benteng VOC. Mereka membiarkan menembak benteng hingga persediaan mesiu habis. Sementara tembakan-tembakan dilancarkan terhadap benteng Belanda, Jan Pieterszoon Coen mendadak meninggal diserang suatu penyakit.
Dari beberapa tawanan diketahui bahwa pasukan Mataram menderita kelaparan, dan hal ini memang menyebabkan kelemahan mereka. Setelah berusaha untuk menyerang selama kurang lebih 10 hari pada akhir bulan September 1629 mereka mulai menarik diri sambil banyak meninggalkan korban.
Antara Tahun 1630-1645
Setelah gagal menduduki Batavia, perundingan antara Mataram dan VOC dibuka kembali pada tahun 1630, akan tetapi utusan-utusan yang dikirim Kompeni tidak memenuhi syarat Mataram. Desas-desus bahwa Mataram akan melancarkan suatu serangan lagi terhadap Batavia terdengar oleh Kompeni. Dengan cepat mereka mengirim armada terdiri dari 8 buah kapal, awaknya berjumlah 693 orang. Mereka mendapat perintah untuk memusnahkan semua perahu-perahu Mataram dan memusnahkan gudang-gudang perbekalan sepanjang pantai utara Jawa. Pelayaran ke Timur tidak begitu berhasil.[ii] Tetapi sementara itu hubungan dengan Mataram diusahakan.
Mataram antara tahun 1630-1634 sering mengadakan penyerbuan terhadap kapal-kapal Kompeni. Armada diperkuat dengan pembuatan perahu baru di Jepara. Dengan perahu-perahu ini mereka membuat perairan antara Banten dan Batavia tidak aman. Mereka sangat berhasil membuat Kompeni pusing dengan serangan-serangan kecil-kecilan yang dilancarkan Mataram terhadap kapal-kapal Kompeni setelah perang tahun 1629 M.
Mataram terus menerus mencari bantuan dari Malaka yang ada di bawah kekuasaan Portugis. Harapan akan bantuan ini kemudian hilang, karena pada tahun 1641 VOC menguasai Malaka dan orang-orang Portugis kehilangan tempat berpijak di kepulauan Nusantara.
Pemerintahan Mataram tahun 1641 mengadakan perpindahan penduduk dari Jawa Tengah ke Jawa Barat di daerah Sumedang yang ternyata sangat mengkhawatirkan VOC. Sebenarnya perpindahan ini adalah sebagai persiapan terhadap penyerangan terhadap Banten yang tidak mau tunduk kepada Mataram.
Hubungan antara Kompeni dan Mataram setelah tahun 1642, tidak begitu baik, karena tawanan-tawanan Belanda tidak dilepaskan oleh Mataram. Oleh sebab itu Kompeni selalu mencari jalan untuk mencoba memaksa Mataram untuk mengembalikan orang-orang Belanda itu.
Keadaan menjadi tegang ketika Inggris menawarkan membawa seorang utusan Mataram ke Mekah, yang sebenarnya suatu kemungkinan bagi Belanda, untuk melepaskan tawanannya bilamana Sultan meminta kapal Belanda untuk membawa utusan ini. Oleh sebab itu kapal Inggris yang membawa utusan ini dicegat, utusan Mataram dan hadiah untuk ke Mekah ditahan oleh VOC dan dibawa ke Batavia.
Peristiwa lain adalah ketika VOC merasa bahwa Jambi dan Palembang mengancam keamanan VOC, maka VOC mencegat suatu armada Mataram yang terjadi dari 80 perahu yang sedang menghantar kembali raja Palembang.
Hubungan antara VOC dan Mataram hingga meninggalnya Sultan Agung pada tahun 1645 tidak mengalami perbaikan.
-o0o-
sumber Pustaka :
[i] H.J. de Graaf, “De Regering van Sultan Agung vorst van Mataram 1613-1645 en Die van Zijn Voorganger Panembahan Sedeng-Krapyak”, VKI s’Gravenhage, 1958, hal. 149
[ii] H.J. de Graaf, ibid, hal. 149
Kegiatan Berbagi Praktik Baik dan Rencana Tindak Lanjut
4 minggu yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar