Sabtu, 19 Juli 2008

Soekarno, Semaun, SM Kartosoewirjo

Saya penggemar novel awal abad 20 ketika tiga anak muda berguru pada orangyang sama. Ketiga anak muda itu adalah Semaun, Soekarno dan Sekarmaji. Guruketiga orang itu adalah pemimpin Sarekat Islam yang ditakuti Belanda : HajiOemar Said Tjokroaminoto.Soekarno selalu terkenang-kenang saat dia indekost di Surabaya itu,bertetangga kamar dengan Semaun yang tergila-gila dengan Karl Marx danSekarmaji yang pendiam namun tekun menyimak ajaran Pak Tjokro.
Suatu malam,pemuda Soekarno yang tengah berlatih pidato di dalam kamar diusili Semaundengan menirukan semua kata-kata yang diucapkannya. Sekarmaji di kamar laintengah asyik sholat tahajud.Diolok-olok begitu Soekarno tidak marah, malah mereka saling melempar joke.Akrab.Siapa nyana sejarah kemudian menentukan bahwa ketiganya harus berseterudalam konstruksi ideologis yang berbeda ?Nasionalisme Soekarno mengandung semangat Islamisme dan Marxisme. Soekarnomenamakannya Marhaenisme. "Inilah dia Marxisme ala Indonesia," kataSoekarno, saat dia sudah menjadi Presiden di tahun 1950-an.Pada tahun 1948 di Madiun, Semaun dengan getir memaklumkan berdirinyaRepublik Sosialis Indonesia menantang Soekarno.
Padahal saat itu Belandatengah mengharu biru hendak melenyapkan negara muda itu. Batalyon-batalyondari Siliwangi yang baru saja melakukan long march ke Jogja dikerahkanmenghantam tentara-tentara sosialis di Madiun, Ngawi dan Nganjuk. Perangsaudara pertama ini akhirnya dimenangkan Soekarno dan Semaun terbunuh.Soekarno diam-diam menahan pedih hatinya menyaksikan jenazah sahabatnya dimasa muda itu. Dia menyalahkan Muso dan Amir Syarifudin yang dianggapnya taksabaran.
Setahun berikutnya, di Malang Bong, Jawa Barat sahabatnya yang lainmendeklarasikan Negara Islam Indonesia lengkap dengan Qanun Asasi, tentara,aparat dan susunan pemerintahan dan negara-negara bagian di Aceh-Sumatera,Sulawesi dan Kalimantan. Sekarmaji menjadi Imam negara Indonesia yangberdasarkan mistisisme Islam itu.Soekarno memerintahkan Nasution, tentara muda yang Panglima Divisi Siliwangiitu untuk kembali ke Jawa Barat. Tiga belas tahun lamanya perang saudara itumenghancurkan Jawa Barat, Aceh, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.Nasution menyodorkan taktik Pagar Betis (Pasukan Gabungan Rakyat BerantasTentara Islam), yang sebetulnya adalah gubahan jenius taktik perangWehrkreise jaman perang di Jogja saat menghadapi Belanda. Taktik iniberhasil dan Sekarmaji akhirnya tertangkap. Orang tua yang sakit-sakitan,Imam negara Islam itu ditahan dan diberlakukan dengan hormat oleh Soekarno.
Bagaimanapun Sekarmaji adalah bekas teman sekosnya dulu di rumah Pak Tjokro.Tapi markas besar tentara punya pendapat lain. Sekarmaji akhirnya dibawa kesalah satu gugusan pulau di Kepulauan Seribu lepas pantai Jakarta, disanasudah menunggu tujuh perwira menengah, diantaranya adalah Yani, Soepraptodan Panjaitan serta satu regu tentara dari kesatuan Sandi Yudha.Sekarmaji akhirnya dieksekusi dan dimakamkan di situ pada dini hari.Soekarno marah besar saat mendapat laporan kejadian tersebut dari AhmadYani. "Mengapa sahabatku dibunuh ?" teriaknya berang.Padahal, dia ingin menggunakan Sekarmaji untuk membujuk para jenderal DI/TIInya di Aceh dan Makassar yang terus melawan untuk mengakhiri perang secaradamai. Akibat kematian Sekarmaji, Nasution digeser dari pimpinan puncakAngkatan Darat dan ditunjuk dalam jabatan seremonial : Kepala Staf AngkatanBersenjata. Yani, wakilnya ditunjuk menggantikannya sebagai PanglimaAngkatan Darat.Kehilangan Semaun dan kemudian Sekarmaji membuat Soekarno dalam penyesalanpanjang.Dia lantas menyodorkan konsep penyatuan ketiga aliran ideologis itu, danmenamakannya Nasakom.Nasionalis yang anti kapitalisme.Agama (Islamisme) yang trans-nasional dan dominan di Asia/AfrikaKomunisme yang juga bersifat internasional dan membenci liberalisme."Nasakom adalah metamorfosis dari Pancasila," begitu pernah dikatakanSoekarno suatu kali pada Wakil Ketua MPR yang juga Ketua Komite Sentral PKID.N. Aidit pada suatau acara rehat minum kopi di istana negara.Gagasan Nasakom belum lagi matang, ketika akhirnya tragedi 1965 terjadi.
Gerakan tiga kaki Nasakom dihancurkan, dan rezim militer Soeharto yang probarat dan senang bernepotisme naik ke panggung politik nasional. Sejakjatuhnya Soekarno itulah, hilang jugalah kepemimpinan efektif dankharismatik yang disegani dunia dari bumi Nusantara.
Rezim ini baru bisa dihentikan (tepatnya dikurangi kekuatannya sebagian)pada tahun 1998.

Tan Malaka lagi ( Draft)
Menurut pendapat saya, Tan Malaka adalah seorang penganut sosialisme dan komunisme, meski beliau seorang muslim. Ini nanti akan terlihat dari solusi yang beliau tawarkan. Adalah sangat mungkin seorang muslim memilih tiga ideologi saat ini (sosialis-komunis, kapitalisme atau Islam). Bila membaca buku Tan Malaka, saya bisa memahami kenapa kemudian penganut sosialis (cenderung memakai non kekerasan) dan komunis (memakai kekerasan dalam revolusi) sangat benci kolonialis-imperialisme-kapitalisme-liberalisme. Teman-teman sosialis dan komunis memang cenderung nasionalis (Cina, Cuba, Chili dll) Bila saya memperbandingkan cara berpikir dekonstruksi penganut ideologi sosialis dan komunis realitif sama dengan ideologi Islam yang saya sedang pelajari.
Perbedaannya adalah rekonstruksi-nya (solusi yang ditawarkan), Islam memiliki jawaban yang lebih komprehensif tidak hanya meliputi nasional (bangsa) tapi (bahkan harus) meliputi trans-nasional. Sisi lain sosialisme-komunisme lebih mengedepankan dekonstruksi-konstruksi kebijakan di bidang ekonomi dan politik, sedangkan Islam yang sifatnya komprehensif bisa melakukan dekonstruksi-konstruksi di semua bidang komprehensif dan lengkap termasuk sosial, budaya, perkawinan, hukum dll. Kedua metode perubahan mayarakat yang dilakukan komunisme bila perlu memakai kekerasan untuk melakukan , sedangkan Islam harus non kekerasan seperti yang dilakukan Rasulullah mewujudkan Madinah Munawarah tanpa kekerasan sedikit pun. Kekerasan akan menimbulkan kelompok baru yakni kelompok sakit hati sekali! Oleh karenanya, umumnya kemenangan ideologi sosialis dan komunis bersifat sementara atau bahkan gagal, yang kemudian akan kembali dimenangkan kembali oleh Neokolonialisme dengan tawaran gaya kolonialisme yang terbaru dan bungkusan baru. Maka perlu alternatif solusi lain sebagai penyempurna.
Namun demikian, ketika membaca buku Tan Malaka, saya serasa melihat dengan benderang kolonialisme di Indonesia dan dunia akibat negara ideologi Kapitalis (adidaya -AS dan Independen (Inggris, Belanda, Jerman, Perancis dkk).

Walahu a'lam bi sawwab

Tidak ada komentar: