Sabtu, 30 Mei 2009

Dinasti Syailendra di Sumatera

Lempeng tembaga Dewapala di Nalanda menegaskan mengenai pusat pendidikan tinggi yang merupakan asal dari gelombang Mahayana yang menjebar di seluruh Nusantara dan Indocina pada abad ke-delapan dan abad kesembilan. Prasasti pertengahan abad ke-sembilan Raja Dewapala dari dinasti Pala dari Bengala dan Magadha ini mencatat bantuan beberapa desa untuk pemeliharaan sebuah biara di Nalanda yang dibangun atas perintah Balaputradewa dari dinasti Suwarnadwipa (Sumatera) karena kebaktian keagamaannya kepada Buddhisme.

Ditunjuknya Suwarnadwipa (Sumatera) sebagai kerajaan Balaputra Sailendra, dan sama sekali tak dicantumkannya Jawa dalam hubungan kata-kata ini, adalah penting artinya. Karena umumnya berarti Balaputra merupakan raja Sailendra terakhir di Jawa Tengah dan waktu beliau kehilangan tahta di Jawa, beliau menduduki singgasana Sriwijaya. Balaputra dengan demikian mendirikan dinasti Sailendra untuk pertama kali di puncak negara maritim Sriwijaya yang kuat. Suatu posisi yang dipegang selama sedikitnya 150 tahun. Anggapan bahwa Balaputra adalah raja Sailendra yang pertama dari Sriwijaya harus dipertimbangkan.

Suatu keterangan baru mengemuka mengenai runtuhnya kerajaan Sailendra di Jawa. Sebuah prasasti tahun 832 M., menyebut Patapan dari garis keturunan Sanjaya (garis keturunan pangeran-pangeran yang menjadi raja-raja bawahan dinasti Sailendra) telah mendirikan kembali suatu dinasti Saiwa di bagian utara Jawa Tengah. Akan tetapi dinasti Sailendra tetap memerintah di bagian selatan. Dari prasasti lain (tahun 856 M.), kita temukan Balaputra, setelah kekalahan beliau dalam puncak perang karena dikepung di sebuah benteng oleh seorang pangeran yang bernama Kumbhayoni (Agastya).

Balaputra diduga lari ke Sumatra waktu kubu itu jatuh kepada para pengepung. Barangkali untuk memperingati kemenangan ini Kumbhayoni mendirikan kuil Saiwa di selatan Prambanan. Akan tetapi bagaimana kita dapat memahami keberuntungan Balaputra memperoleh mahkota Sriwijaya setelah kehilangan mahkota Jawa? Seorang puteri dari dinasti Sailendra yang terakhir dari Jawa Tengah, bernama Pramodawardhani, menikah dengan seorang pangeran dari dinasti aseli Hindu dari Jawa Tengah dan barangkali sebagai hasil pernikahan ini, dinasti aseli Hindu ini duduk di atas singgasana kembali, akan tetapi rupa-rupanya setelah perjuangan yang dahsyat antara suaminya, Rakai (Pangeran) Pikatan melawan Balaputra, adik laki-laki Pramodawardhani (dari ibu tiri yang berasal dari luar negeri).

Pangeran ini (Balaputra) diusir dari Jawa akan tetapi menjadi raja Suwarnadwipa (Sumatera). Suatu persektuan lain dengan pernikahan (seorang puteri mahkota Sriwijaya menikah dengan pangeran Balaputra meratakan jalan untuk Balaputa dari dinasti Sailendra naik tahta Sriwijaya. Di pihak ibu, Balaputra sudah berhubungan keluarga dengan raja-raja Sriwijaya.

Prof Cedes menberikan kesan lainnya tentang suatu pernikahan yang sangat penting dalam edisi terkakhir buku LES ETATS HINDOUISES (1964)beliau menganggap kemungkinan adanya 'hubungan ayah-putera' antar raja Sriwijaya (sang ayah) yang disebut pada prasasti Ligor dan raja Sailandra (puteranya). Putera raja Sriwijaya, dugaan Prof. Cedesm menjadi raja Sailendra setelah menikah dengan seorang puteri dari Jawa Tengah dan dengan demikian mendirikan dinasti Sailendra yang meningkatkan wilayah itu sampai sedemikian besar tingkat kemakmurannya sampai kira-kira 80 tahun.

Dalam tulisan-tulisan sebelumnya, Cedes memberikan pandangan tentang pernikahan lain sebagai suatu peristiwa politik yang penting, yaitu waktu Fu-nan (versi Tiongkok dari kata Khmer untuk Ba-phom yang artinya bukit suci, yaitu raja-raja Sri Saila) merupakan dinasti Sailendra; dan waktu dienyahkan dari Kambuja oleh raja-raja bawahan mereka, melarikan diri ke Jawa sebagai pengungsi-pengungsi . Puteri Sailendra yang menikah dengan pangeran Sriwijaya, termasuk keluarga kerajaan Fu-nan yang mendirikan kerajaan Sailendra (Fu-nan = Sri Saila)di Jawa setelah menetap di sini sebagai pengungsi-pengungsi dari kampung halaman mereka di Kambuja.

Catatan ini materi kembaran di catatan facebook MGMP Sej Jakut

Tidak ada komentar: