Sabtu, 30 Mei 2009

Sejarah Lisan Pelabuhan Tanjung Priok

Indonesia negara kepulauan, itu pasti
Jika negara kepulauan, artinya di negara ini mesti ada Pelabuhan laut dan industri kapal sebagai pendukung negara ini menguasai kelautan.
Tulisan kali ini hanya membicarakan tinjauan sejarah lisan Pelabuhan tanjung priok, sebagai pelabuhan samudra dan pintu gerbang perdagangan menuju negara Indonesia.
Sudah lama sebetulnya data-data sejarah lisannya terkumpul, akan tetapi justru dikala fisik sedang tdk "fit" nafsu untuk menulis malah muncul.

Keberadaan pelabuhan tanjung Priok tidak bisa dilepaskan dari kehadiran Belanda ( baca VOC) di Nusantara pada abad ke 17. Saat VOC memilih J.P. Coen sebagai gubernur jenderal di New Batavia, kendala awal untuk merealisasikan semua maksud kedatangan Belanda di tanah baru ini adalah (1) keberadaan kantor, (2) Pelabuhan laut sebagai penunjang aktivitas perdagangan VOC.

Tanpa memerlukan waktu lama, kantor Gubernur Jenderal VOC dapat didirikan di dekat Pelabuhan Sunda Kelapa, yang telah jadi miliknya.

Dengan berbagai pertimbangan dan demi keuntungan dimasa depan, maka segera direalisasikan Pelabuhan Tanjung Priok. Pemilihan tempat itu bukan tanpa halangan dan resikonya, sebab jika melihat analisa lingkungannya, tanjung Priok, bukanlah lokasi yang ideal untuk sebuah pelabuhan.

pelabuhan paling ideal saat itu (mungkin juga hingga sekarang) adalah pelabuhan Banten, yang realitasnya telah dikelola oleh kesultanan banten. Akan tetapi mengingat posisi ibukota (kantor pusat VOC yang telah dan terlanjur didirikan di batavia, maka pembangunan Priok jalan terus.

LUMPUHKAN PELABUHAN BANTEN
Kedatangan Belanda ke Indonesia selain dibekali oleh spirit yang tinggi, untuk menjadi bangsa yang disegani di daratan Eropa, juga, disertai oleh modal akal. Jadi, keberadaan dan upaya untuk mengembangkan Pelabuhan Tanjung Priok tidak semata mengandalkan fisik, akan tetapi juga perjuangan otak dan muslihat.

mengetahui bahwa Pelabuhan kesultanan banten memiliki kelebihan sebagai pelabuhan internasional (misalnya lautnya dalam), maka Belanda berusaha sekuat tenaga untuk mematikan dan menundukan keberadaan.

langkah awal adalah dengan membangun dermaga yang kapabel
langkah kedua adalah dengan menarik atau lebih tepatnya mendatang kapal kapal, supaya mau berlabuh di Tanjung Priok. Dengan kehadiran kapal-kapal yang berlabuh, artinya ada pemasukan untuk pengelola Pelabuhan. Untuk upaya yang kedua ini, Belanda berani mengerahkan kapal tentara dengan senjata lengkap, untuk dikirim ke laut lepas banten, selat sunda dan sekitarnya.

Tujuannya adalah mengarahkan dan bila perlu memaksa semua kapal untuk berlabuh di Tanjung Priok. usaha ini boleh dikatakan berhasil. pelan tapi pasti kapal-kapal dagang lebih memilih berlabuh di Tanjung Priok daripada Pelabuhan banten.

lambat tapi pasti, akhirnya pelabuhan banten mati dengan sendirinya. tanpa kapal-kapal dagang berlabuh, bagaimana mungkin pelabuhan meneruskan aktivitas.

Tidak ada komentar: